Surabaya - Meski sejumlah daerah sudah masuk PPKM Level 2 , Epidemiolog Unair mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga ketat protokol kesehatan karena kasus positif yang disebabkan Omicron siluman terus jadi perhatian.
Pada dasarnya Omicron Siluman merupakan varian Omicron.
Dinamakan Siluman, karena saat dilakukan uji untuk mengetahui virus tersebut Omicron atau bukan, lewat S-gene Target Failure (SGTF), hasil yang keluar dinyatakan bukan.
"Hasilnya dapat menunjukan seolah-olah bukan Omicron,” jelas Laura Navika Yamani SSi MSi PhD, ahli ilmu Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, Kamis (17/3).
Meskipun beda katakter, varian yang ditengarai siluman tersebut, tingkat keparahan dan gejala yang ditimbulkan bila dibandingkan Omicron jenis BA.1, kurang lebih mirip.
“Omicron Siluman atau BA.2 dinyatakan lebih menular, namun untuk tingkat keparahannya tidak berbeda secara signifikan,” tambahnya.
Karakter selanjutnya ditulis Kominfo Jatim, varian dapat menghindar dari antibodi yang telah terbentuk melalui proses vaksinasi.
“Sehingga memang dari data penelitian terdapat penurunan efektivitas vaksin, namun tidak menghilangkan daya proteksi dan antibodi yang dihasilkan vaksin untuk melawan varian dari turunan Covid-19,” tandasnya.
Meski demikian, vaksin masih dianggap efektif dan perlu dilakukan oleh seluruh masyarakat untuk menjaga diri dari infeksi Covid-19.
Apakah mungkin, akan ada varian baru setelah Omicron Siluman ini?
“Belum ada prediksi mengenai hal tersebut. Namun yang bisa dipastikan, selama masih ada sirkulasi virus, potensi mutasi varian baru tetap ada," jelasnya.
Namun, mutasi yang dihasilkan bisa bersifat menguatkan atau melemahkan karakteristik dari virus itu sendiri.
Contoh, jenis Omicron yang memiliki karakteristik tingkat penularan tinggi namun tingkat keparahan rendah, kebalikan sifat dengan varian Delta.
“Sehingga, yang bisa dilakukan adalah memonitor dan mencegah terjadinya infeksi virus yang ditimbulkan,” papar Laura.
Meski kasus Covid-19 di Tanah Air, masyarakat dihimbau, jika vaksin dan protokol kesehatan masih menjadi kunci utama untuk mengakhiri pandemi.
“Vaksin dan protokol kesehatan menjadi upaya intervensi yang masih perlu dilakukan secara menyeluruh guna mengubah pandemi jadi endemi, sekaligus mencegah adanya varian-varian baru dari Covid-19,” pungkas Laura.