Probolinggo - Guna meningkatkan produktifitas kayu untuk memenuhi kebutuhan industri furnitur kayu, baik untuk pasar dalam maupun luar negeri. Menggunakan formula nutrisi hormon masa tebang Jati Plus Perhutani (JPP) dapat dipercepat.
Hal tersebut terungkap saat Kominfo Jatim menjelaskan tentang kunjungan Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro, didampingi Kepala Divisi Regional Jawa Timur Karuniawan Purwanto Sanjaya, ke lokasi tanaman di wilayah kerja Perhutani KPH Probolinggo, Jumat (8/4/2022).
Inovasi tersebut buah penelitian melalui serangkaian kegiatan pemuliaan pohon menggunakan formula yang disebut sebagai nutrisi hormon (nutrimon).
Kelebihannya, dengan umur yang sama, diameter JPP saat diaplikasikan nutrimon jauh lebih besar dibanding diameter pohon jati yang dirawat secara konvensional.
Nutrisi tambahan, Nutrimon diberikan sebagai upaya mempercepat masa tumbuh pohon, untuk mendapatkan masa tebang dengan daur pendek sehingga bisa mempercepat pendapatan perusahaan.
Normalnya, pertumbuhan JPP dalam waktu 2 tahun, batangnya hanya setinggi 3,5 meter.
Namun jika dirangsang pertumbuhannya dengan cairan nutrimon, dengan jalan menyayat kulit dan menyiramkan ke seluruh bagian batang dan daun, maka dalam kurun waktu 16 bulan, tinggi pohon dapat mencapai rata-rata, hampir 7 meter.
Metode tersebut sudah diujicobakan pada petak 24e wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ranu Pakis, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Klakah.
“Kalau ini benar-benar pengaruh dari pemberian nutrimon, maka perlu direplikasi di tempat lain, khususnya di lahan-lahan dengan tingkat kesuburan rendah serta marjinal,” papar Wahyu.
Ditambahkan pula, perlunya mereplikasi ditempat lain supaya didapatkan formula yang sudah bisa terbukti (proven), sehingga di semua tempat hormon tersebut, memang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman jati.
Sementara Karuniawan Purwanto Sanjaya selaku Kepala Divisi Regional Perhutani Jawa Timur menyatakan, pihaknya akan mengawal upaya inovasi pertumbuhan JPP yang sudah dilakukan oleh Perhutani KPH Probolinggo.
“Mudah-mudahan menjadi hak paten yang memang bagian dari sebuah inovasi, untuk meningkatkan produktivitas lahan di Perhutani,” pungkasnya.