Dipersiapkan Selama 8 Tahun, Meski Disanksi Barat, Warga Rusia Masih Bisa Bertransaksi Menggunakan Kartu Kredit

Sedang Populer

Rusia - Sejak dimulainya perang Ukraina, rentetan sanksi Barat telah melumpuhkan ekonomi Rusia dan mendatangkan, katakanlah sebuah malapetaka pada sistem keuangan mereka.

Seperti, negara tersebut sebagian besar telah terputus dari sistem pembayaran internasional 'SWIFT', hal senada juga dialami akses kepada cadangan devisa sebesar $630 miliar yang juga 'dibatasi', dan bagaimana lebih dari $17 miliar aset telah disita dari oligarki Rusia.

Namun, dalam wawancara daring, Sabtu (2/4) lalu, Yahoo Finance menyebut, sepertinya pemerintah Rusia telah mempersiapkan skenario semacam itu selama delapan tahun terakhir, bahkan untuk kemungkinan yang terburuk.

Hal tersebut mulai terlihat, pada bulan Juni 2014, selang tiga bulan setelah invasi ke Semenanjung Krimea, negara ini membentuk sistem pembayarannya sendiri untuk membantu memproses transaksi kartu kredit di dalam negeri.

Sistem Kartu Pembayaran Nasional, dikenal oleh warganya dengan sebutan NSPK, masih terus beroperasi memproses transaksi kartu kredit, selama pertempuran terakhir di Ukraina.

Jadi, meski Mastercard, Visa, American Express, PayPal serta Discover semuanya telah menangguhkan operasinya di Rusia, warganya tidak mengalami gangguan seperti yang diperkirakan banyak orang.

Mastercard mengatakan kepada laman Fortune melalui email bahwa kartu kredit yang dikeluarkan oleh bank-bank Rusia tidak lagi didukung oleh jaringannya. Sebaliknya, kartu kredit yang digunakan di Rusia sekarang diproses melalui sesuatu yang disebut 'switch', yang dijalankan oleh Bank Sentral Rusia.

BACA JUGA:  Fun Facts 7 Buah Segar Ala Greenfields

Dr. Leo Lipis, CEO perusahaan konsultan industri pembayaran Lipis Advisors, mengatakan bahwa switch adalah “pusat komunikasi yang menghubungkan berbagai bank yang terlibat dalam jaringan pembayaran.”

"Itu artinya, konsumen Rusia yang mengandalkan kartu yang dikeluarkan secara lokal dengan logo Mastercard masih dapat menggunakan kartu mereka seperti biasanya," papar Lipis.

Sementara itu, juru bicara Mastercard mengkonfirmasi dalam email terpisah kepada Fortune, jika perusahaan mereka tidak memiliki kemampuan untuk memblokir transaksi domestik di Rusia dan tidak menerima benefit sama sekali dari transaksi tersebut.

Pasalnya, Mastercard bersama perusahaan Barat lainnya telah menandatangani kesepakatan agar transaksi mereka diproses oleh NSPK pada tahun 2015.

Penduduk Rusia, memang, masih dilarang menggunakan kartu kredit Barat di luar negeri, namun, pengamat mengatakan, cara tersebut hanya membantu tujuan Kremlin untuk menjaga aset agar tidak pindah ke luar negeri.

Sanksi tersebut juga mendorong perusahaan kartu kredit Rusia sendiri, MIR, yang dibangun di atas NSPK dan dimiliki oleh Bank Sentral Rusia.

Memang, ketika MIR memulai debutnya pada akhir tahun 2015, warga Rusia lambat dalam mengadopsi kartu tersebut sebagai kebiasaan baru.

Kemudian, pemerintah mencari cara lain yakni dengan mengamanatkan, agar pegawai sektor publik yang menerima dana negara dan tunjangan kesejahteraan, mulai beralih menggunakan kartu pembayaran MIR, hingga akhirnya, cara tersebut berhasil.

“Kita coba kembali ke tahun 2015, Visa dan MasterCard cukup banyak berbagi pasar Rusia dengan porsi 50-50. Dan, pada saat kita berada pada tahun 2020, pasar dibagi lagi kedalam tiga cara,” imbuh Lipis.

Sekarang, berdasar data perusahaan, lebih dari 100 juta kartu MIR yang diterbitkan. Dan dengan keluarnya perusahaan kartu AS dari Rusia, MIR dapat lebih mudah mengembangkan pangsa pasarnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara lain, termasuk Turki, India, dan China, juga telah mengembangkan sistem pembayaran mereka sendiri untuk membatasi pengaruh perusahaan kartu kredit AS dan membatasi efek negatif yang disebabkan oleh sanksi apa pun.

Setelah invasi baru-baru ini, bank terbesar Rusia, Sberbank, beralih ke Union Pay China dengan Sistem Pembayaran Antar Bank Lintas Batas (CIPS) dalam upaya untuk menghindari sanksi Barat dan mengeluarkan kartu baru.

"Union Pay memiliki perjanjian dengan banyak jaringan kartu kredit Eropa dan AS yang memungkinkan kartu asing diproses melalui sistem pembayarannya dan diterima di beberapa negara Barat, khususnya di tujuan wisata," ungkap Lipis.

Pakar sistem pembayaran mencatat bahwa Union Pay China dapat membuka diri terhadap "sanksi sekunder" dari Barat jika secara sadar membantu bank-bank Rusia menghindari sanksi.

"Namun, dalam hal pemrosesan transaksi di luar negeri, MIR Rusia dan sistem pembayaran China bukanlah “pengganti yang sepadan” untuk sistem pembayaran yang berbasis di AS seperti Visa dan Mastercard," kata Lipis.

BACA JUGA:  Kemenhub: Belum Ada Keputusan Mudik Lebaran 2022

Itu dikarenakan mereka membawa kurang dari 0,5% dari total nilai pembayaran yang dilakukan melalui SWIFT.

“Kalau begini ada benarnya juga slogan Visa it's everywhere you want to be,” pungkas Lipis.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Rekomendasi Untuk Anda

Sedang Populer