Warnabiru.com - Ketenaran semasa hidup tidak serta merta membuat sosok Dorce Gamalama jadi manusia seutuhnya. Siapa sangka, sang guru bangsa, Kiai Abdurrahman Wahid atau biasa dipanggil Gus Dur, jadi tempat meletakkan keluh kesah, terutama tentang kondisi dirinya saat itu.
Dorce, Rabu 16 Februari menghembuskan nafas terakhir, selain karena terpapar covid-19, Ia juga harus berjuang melawan penyakit yang lebih dulu dideritanya.
Kini, nama yang tertulis di nisan, bukan Dorce Ashadi, Dorce Urang Aring, Dorce Manice atau Dorce Elkafeer, melainkan Dedi Yuliardi Ashadi.
Dalam buku Gus! Sketsa Seorang Guru Bangsa (2017: 71), seperti ditulis Fathoni Ahmad di laman NuOnline, Rabu (16/02). Dorce bercerita, bagaimana Gus Dur membuat guyonan tentang dirinya, ketika jadi pengisi acara saat malam pengumpulan dana untuk Yayasan Puan Amal Hayati milik Ibu Sinta Nuriyah.
Ketika naik di atas panggung, Dorce bertanya kepada Gus Dur, seumpama jadi presiden, Ia akan diangkat jadi menteri apa? Dengan entengnya Gus Dur menjawab, menteri pegadaian.
Sontak semua orang tertawa mendengar jawaban Gus Dur. Di balik percakapan tadi pastilah kita mengira hubungan keduanya sebatas pengisi acara dan tuan rumah.
Ternyata tidak, Dorce menjelaskan, jika Ia punya dua kiai bijak yang melindungi dirinya, sekaligus tempat curhat, beliau adalah Gus Miek (KH Hamim Djazuli, Ploso, Kediri) serta Gus Dur.
Karena, ditengah kerapuhan dirinya soal status gender yang dirasakan waktu itu. Dorce merasa Gus Dur dan Gus Miek jadi sosok peneduh jiwa.
“Andai, kalau saya sowan lantas mengadu suatu masalah, beliau beliau tadi tidak langsung menindak dan mengecap saya dengan tuduhan macam-macam. Bahkan, kedua orang yang saya hormati tadi, mencarikan dasar yang jelas atas masalah yang saya hadapi,” kenang Dorce.
Berhubung Gus Dur tipikal santai, tidak formal, penuh obrolan diselingi canda. Begitu ketemu kali pertama, Dorce sempatkan untuk bertanya perihal status gender yang disandangnya waktu itu.
Tidak lama Gus Dur menjawab pertanyaan tersebut dengan santai, kurang lebih, jika dirinya yakin dengan perempuan, ya diyakini saja, jalan terus.